Rabu, 24 Februari 2010

Pertahankan, Tingkatkan, dan Lanjutkan!

ditulis buat semua pengurus pak fe usu
periode 2009-2010
kamis, 070110


Hari ke-7 di tahun 2010 jatuh pada hari kamis, hari ini. PAK FE USU sudah menanjak usia ke-8 dan kepengurusan periode sekarang memasuki tahun ke-2.

Pengurus, mereka yang memberikan diri untuk memenuhi panggilannya sebagai pelayan Tuannya, dengan keberadaan dan kemampuan masing-masing mencoba untuk memberikan apa yang ia miliki. Yang ia miliki? Oh, bukan...sebab segala yang melekat pada diri pengurus bukan milik pribadinya tetapi milik Tuannya. Lebih tepat bila dikatakan segala yang melekat pada diri pengurus adalah apa yang Tuannya percayakan pada pelayannya atau hambanya.

Apa yang dipandang baik dan benar diusahakan untuk dikerjakan, terlebih saat yang baik dan benar itu juga dipandang berguna. Berguna bagi siapa? Harapan para pengurus, ini akan berguna bagi anggota PAK FE USU. Seberapa bergunakah? Hal ini tergantung bagaimana anggota menyikapi segala usaha dengan berbagai proses mengusahakan yang sudah dikerjakan oleh pengurus.

Proses, banyak orang yang memandang proseslah yang lebih penting untuk diperhatikan.
Namun, tak kalah banyak yang memandang hasil yang dicapai yang lebih penting untuk diperhatikan.
Bagaimana menyikapi hal-hal yang sudah dikerjakan pengurus tergantung pada cara pandang para anggota.
Lalu bagaimana para pengurus menyikapi segala hal yang pernah ia berikan, sumbangkan, kerjakan melalui pelayanan?
Para pengurus diajak, didorong, diarahkan untuk memberikan yang terbaik dari apa yang Tuannya percayakan padanya.

Dari beberapa hal yang Tuan percayakan, akan diulas secara singkat:

1.Waktu
Setiap mahluk di bumi dipercayakan waktu yang sama dalam hitungan 24 jam dalam 1 hari. Demikianlah waktu yang dimiliki oleh para pengurus. Bagaimana mengelola 24 jam setiap hari tergantung kepada kemampuan setiap pengurus dan pilihan alokasi-alokasi waktu yang diinvestasikan.
Dalam kebanyakan kesempatan, waktu yang seharusnya bisa dialokasikan ke pelayanan telah tercuri oleh pekerjaan. Waktu untuk pelayanan yang semakin sedikit oleh karna dialihkan untuk pekerjaan menimbulkan pertanyaan: sungguhkah waktu untuk mengerjakan pekerjaan yang dipercayakan Tuan masih menjadi berkat? Masihkah dapat mendukung pelayanan? Masihkah menjadi persembahan yang berkenan bagi Tuan?
Hanya masing-masing pribadi yang tahu dan Tuan yang paling tahu.

2. Pekerjaan
Sebagai pribadi yang dewasa di tatanan masyarakat, bekerja merupakan keharusan. Alkitab sendiri menyatakan kalau seseorang tidak bekerja baiklah ia juga tidak makan. Di tahun 2009, beberapa pengurus bekerja di instansi pemerintah, beberapa yang lain bekerja di perusahaan swasta dan NGO.
Pekerjaan menjadi tantangan tersendiri dalam pengerjaan pelayanan. Waktu dan tenaga yang seharusnya bisa dialokasikan untuk pelayanan banyak tercurah di pekerjaan.
Pekerjaan seolah-olah bak buah simalakama. Namun, jika ditilik lebih lama dan dalam tidaklah demikian. Kecerdasan dalam mengelola pekerjaan dan berbagai hal diluar pekerjaanlah yang menjadi sorotan agar pekerjaan tidak serta merta selalu menjadi alasan untuk tidak sungguh-sungguh dalam melayani.
Sesungguhnya, pekerjaan sekedar alasan atau benar-benar alasan sehingga tidak bisa melayani di waktu-waktu tertentu di tahun 2009?
Hanya masing-masing pribadi yang tahu dan Tuan yang paling tahu.

3. Tanggung jawab pada keluarga
Memiliki Bapak, Ibu, Kakak, Abang, Adik laki-laki dan atau perempuan, sudah beristri atau sudah bersuami, memiliki ponakan, memiliki mertua dsb adalah anugerah. Pemberian Tuan pada orang-orang tertentu dalam setiap tahap kehidupan masing-masing pribadi. Jika Tuan mempercayakan itu, apakah itu berarti Tuan memperbolehkan seseorang menjadikan anugerah sebagai alasan untuk tidak sungguh-sungguh melayani? Tentu tidak, tentu saja tidak.
Membawa keluarga pada Tuhan, menunjukkan diri sebagai seorang yang diberkati untuk memberkati keluarga, menunaikan tanggung jawab pada keluarga, tentu tugas setiap orang kepercayaan Tuan.
Lalu jika di tahun 2009, sekali dua waktu tanggung jawab pada keluarga menjadi alasan tidak melayani, sungguhkah demikian? Itukah alasannya?
Hanya masing-masing pribadi yang tahu dan Tuan yang paling tahu.

4. Uang atau Penghasilan
Ibarat talenta 1, 2 dan 5 yang diumpamakan dalam Alkitab, demikianlah juga penghasilan atau gaji. Tuan akan mempercayakan suatu penghasilan dalam satuan mata uang tertentu sesuai dengan kesanggupan masing-masing pribadi menjadikan penghasilan tersebut sebagai berkat.
Jika Tuan memandang sejumlah penghasilan dapat dipercayakan pada seseorang, demikianlah Tuan menetapkannya.
Namun, dalam kebanyakan hal ada orang yang menjadikan dirinya tidak sanggup dipercayakan sejumlah penghasilan oleh karena banyaknya keinginan di dalam hatinya baik oleh dirinya sendiri ataupun oleh orang-orang dekat yang menanamkan keinginan itu dalam hatinya.
Jika Tuan memandang seseorang dapat dipercayakan suatu penghasilan dalam jumlah tertentu mengapakah ia tidak sungguh-sungguh menyerahkan persepuluhan bagi pengerjaan pelayanan yang Tuan percayakan?
Hanya masing-masing pribadi yang tahu dan Tuan yang paling tahu.

Dari beberapa hal yang Tuan percayakan, yang terlihat dalam pemenuhan kepercayaan itu belum sungguh-sungguh, apa yang harus dipertahankan, ditingkatkan dan dilanjutkan?

Beberapa hal yang harus dipertahankan, ditingkatkan, dan dilanjutkan:
1. Pribadi sebagai seorang kepercayaan
Jika tahun 2010 ini, Tuan masih memposisikan masing-masing pengurus sebagai seorang kepercayaan, pertahankanlah, jangan sampai Tuan mengambilnya dan menyerahkan kepada orang lain. Tingkatkanlah, agar Tuan bersedia mempercayakan hal-hal yang lain lagi dan lanjutkanlah agar ketekunan masing-masing pribadi sebagai seorang kepercayaan terus melekat pada identitas diri.

2. Pemenuhan panggilan pelayanan
Setiap orang yang sudah diselamatkan Tuan, dipanggil untuk melayani Tuan. Sebanyak apapun peran kita, yang dalam setiap tahap kehidupan semakin bertambah, memenuhi panggilan untuk melayani adalah keharusan.
Pertahankan, tingkatkan dan lanjutkan, jangan sampai Tuan mengeluarkan kita dari daftar para pemain...jangan sampai kawan-kawan!

3. Komitmen, semangat, mimpi-mimpi dan harapan
Bagaimanapun keadaan pelayanan kita di tahun 2009, tidak akan pernah berulang.
Komitmen haruslah dibaharui lalu pertahankan dan tingkatkan!
Semangat yang ada haruslah dibaharui lalu dilipatgandakan!
Jangan berhenti bermimpi, jangan lupakan mimpimu terutama jangan lupakan Tuhan, Tuan kita dan teruslah berharap!

4. Setiap hal yang baik, benar dan berguna.


Keep your faith going and go a head!
Bravo!

Aku Kagum Padamu

Pertama kali melihatmu
Aku terkesima
Dipandang mata engkau begitu sempurna
Dan lebih lagi dengan pribadimu yang mempesona

Bagai matahari yang tak lelah menyinari bumi
Begitulah engkau tak lelah untuk menyapaku
“Apa kabar?”
Dua kata itu sering engkau utarakan untuk memastikan keadaanku
Membuatku terpengarah betapa engkau peduli keadaan orang lain


Gerakanmu yang lincah, ringan
Menggambarkan pribadimu yang luwes
Baik saat bekerja maupun bersantai
Engkau bersemangat saat berbicara, bercerita
Hmmm...
Suasana akan semakin hangat jika engkau ada

Ibu...
Engkau selalu berusaha memberikan yang terbaik
Walau sekali-kali engkau tidak berhasil
Namun, sekuat tenaga dan seluruh kemampuanmu
Engkau pertaruhkan
Perbaikan demi perbaikan ingin engkau wujudkan
Walaupun bukan di negerimu sendiri
Bukan untuk rakyat bangsamu sendiri

Terimakasih Ibu...
Mengenalmu membuatku semakin bersemangat
Untuk memberi yang lebih lagi dan berusaha lebih baik
Memperjuangkan kesejahteraan sosial
Bukan untuk diriku sendiri
Tetapi untuk masyarakat Indonesia
Tanpa memandang siapapun dia

Kiranya Tuhan pencipta langit dan bumi
Terus memberkatimu
Melimpahkan kasih dan rahmat-Nya padamu
Engkau menjadi seorang yang terus diberkati untuk memberkati


Ibu...
Aku Kagum Padamu
dipersembahkan kepada:
Dr. Dagmar Buck
Regional Director Southeast Asia
The Johanniter
Desember 2009

Senin, 18 Januari 2010

Kumasih di sini, tempatku berada

Panggil saja namaku Ivay, bukan nama pemberian ibuku atau ayahku atau sanak saudaraku yang lainnya. Nama itu kupilih sendiri untukku. Kupilih bukan karna aku tak suka nama pemberian orang tuaku tapi memang karna suka saja nama panggilanku berbeda dari nama asliku.

Perawakanku yang mungil memberi kesan diriku yang masih berumur remaja. Namun, nyatanya aku sudah lewat dari umur 25. Pembawaanku yang sederhana dan apa adanya membuatku sulit berdandan ala wanita dewasa. Tapi itu tak jadi soal buatku karna tidak ada ruginya bagiku.


Semilir angin malam berhembus membelai kulit wajahku. Membuatku semakin mendekap diriku dibalutan selimut. Angin yang menghampiri lewat celah dinding papan kamarku membuatku semakin ingin cepat-cepat terlelap.


Sayup-sayup terdengar lagu yang sudah lama akrab di telingaku. Syair lagu yang hanya penggalan satu kalimat itu menyentakku dari tidur.

...show me the way back to your love...

Omelan singkat dan lemah kembali meliputi hati dan pikiranku.Tak bisa kupungkiri, omelan ini tak kunjung bisa kuatasi karna aku sebenarnya tidak suka mendumel. Akhhhhh, bencinya aku...kata-kata ini menjadi langganan bibirku saat lagu itu terdengar.

Jika lagu itu tiba-tiba terdengar olehku, spontan aku teringat dengan orang yang pernah menempati hatiku. Dia sudah pergi tanpa permisi. Aku tidak menyalahkan dia, sama sekali tidak. Karna dia tidak punya kewajiban untuk permisi. Hanya hatiku saja yang tidak bisa terima situasi saat itu.

Tentu saja sulit bagi siapa saja menerima kepergian seseorang yang sangat ingin dikasihi. Saat waktu demi waktu dirangkai dengan aktivitas-aktivitas menyegarkan. Memberi nuangsa hidup yang penuh dengan harapan dan titian impian. Dan serasa alam berkumandang memberi kesaksian keindahan persahabatan, tiba-tiba dia pergi. Pergi dan mungkin tidak akan kembali.


Dalam persahabatan wajar-wajar saja ada marah, kesal, dan tidak sapaan beberapa saat oleh ego diri yang menyembur. Secepat dia menyembur, secepatnya itu juga akan mereda. Tak jadi soal.

Tapi untuk yang satu ini...akhhhh, kenapa tiba-tiba rasanya ada yang hilang dari diriku dengan kepergiannya. Sial, rasa apa ini? Kenapa begitu menyesakkan dan hampir membuatku tidak bisa bernafas? Berulang-kali aku menyalahkan diriku mengapa rasa itu kuijinkan hadir.


Persahabatan berubah menjadi cinta.

Mungkin inilah yang kurasakan, aneh memang, tapi ini kenyataan. Kenyataan ini kusadari lama setelah kepergiannya. Namun, aku tak bisa berbuat apa-apa dan lagi, aku tidak berani mengungkapkan dan bilapun keberanian sudah muncul mungkin sudah terlambat.


Kepekaanku terhadap suara-suara hati atau pikiran seseorang yang pernah dekat dengankulah yang membuatku berpikir...mungkinkah itu pikirannya dia? Kasihku dan rasa itu pernah kuekspresikan lewat tulisan-tulisan yang kupikir mungkin dia baca lewat situs jejaringan sosial. Tapi, itu semua hanya untuk sekedar menghabiskan waktu...melonggarkan kepenatan hati dan pikiran. Tidak untuk membawanya kembali.


Aku tidak ingin dia kembali, tidak lagi ingin. Pernah aku berharap dia salah mengambil keputusan, mengubahnya dan kembali kepada kondisi sebelum dia pergi. Nyatanya, dia tak melakukannya. Dia semakin jauh pergi dan semakin jauh saja.


Dan aku masih di sini,di sisi salib Tuhanku.
Aku menaruh pengharapan baru, impian baru yang jauh berbeda dengan dulu.
Aku tau tempat kumenaruh harapan dan kepercayaan, di kaki salib Tuhanku.
Kelak, Ia akan menjadikan semua harapan dan impian itu nyata seturut kehendakNya.
Setiap saat kuberharap Dia memperhitungkan segala hal yang keperjuangkan.

Ahhh, Ivay...tetaplah di sana agar segala yang kau korbankan tidak sia-sia.