Rabu, 24 Februari 2010

Pertahankan, Tingkatkan, dan Lanjutkan!

ditulis buat semua pengurus pak fe usu
periode 2009-2010
kamis, 070110


Hari ke-7 di tahun 2010 jatuh pada hari kamis, hari ini. PAK FE USU sudah menanjak usia ke-8 dan kepengurusan periode sekarang memasuki tahun ke-2.

Pengurus, mereka yang memberikan diri untuk memenuhi panggilannya sebagai pelayan Tuannya, dengan keberadaan dan kemampuan masing-masing mencoba untuk memberikan apa yang ia miliki. Yang ia miliki? Oh, bukan...sebab segala yang melekat pada diri pengurus bukan milik pribadinya tetapi milik Tuannya. Lebih tepat bila dikatakan segala yang melekat pada diri pengurus adalah apa yang Tuannya percayakan pada pelayannya atau hambanya.

Apa yang dipandang baik dan benar diusahakan untuk dikerjakan, terlebih saat yang baik dan benar itu juga dipandang berguna. Berguna bagi siapa? Harapan para pengurus, ini akan berguna bagi anggota PAK FE USU. Seberapa bergunakah? Hal ini tergantung bagaimana anggota menyikapi segala usaha dengan berbagai proses mengusahakan yang sudah dikerjakan oleh pengurus.

Proses, banyak orang yang memandang proseslah yang lebih penting untuk diperhatikan.
Namun, tak kalah banyak yang memandang hasil yang dicapai yang lebih penting untuk diperhatikan.
Bagaimana menyikapi hal-hal yang sudah dikerjakan pengurus tergantung pada cara pandang para anggota.
Lalu bagaimana para pengurus menyikapi segala hal yang pernah ia berikan, sumbangkan, kerjakan melalui pelayanan?
Para pengurus diajak, didorong, diarahkan untuk memberikan yang terbaik dari apa yang Tuannya percayakan padanya.

Dari beberapa hal yang Tuan percayakan, akan diulas secara singkat:

1.Waktu
Setiap mahluk di bumi dipercayakan waktu yang sama dalam hitungan 24 jam dalam 1 hari. Demikianlah waktu yang dimiliki oleh para pengurus. Bagaimana mengelola 24 jam setiap hari tergantung kepada kemampuan setiap pengurus dan pilihan alokasi-alokasi waktu yang diinvestasikan.
Dalam kebanyakan kesempatan, waktu yang seharusnya bisa dialokasikan ke pelayanan telah tercuri oleh pekerjaan. Waktu untuk pelayanan yang semakin sedikit oleh karna dialihkan untuk pekerjaan menimbulkan pertanyaan: sungguhkah waktu untuk mengerjakan pekerjaan yang dipercayakan Tuan masih menjadi berkat? Masihkah dapat mendukung pelayanan? Masihkah menjadi persembahan yang berkenan bagi Tuan?
Hanya masing-masing pribadi yang tahu dan Tuan yang paling tahu.

2. Pekerjaan
Sebagai pribadi yang dewasa di tatanan masyarakat, bekerja merupakan keharusan. Alkitab sendiri menyatakan kalau seseorang tidak bekerja baiklah ia juga tidak makan. Di tahun 2009, beberapa pengurus bekerja di instansi pemerintah, beberapa yang lain bekerja di perusahaan swasta dan NGO.
Pekerjaan menjadi tantangan tersendiri dalam pengerjaan pelayanan. Waktu dan tenaga yang seharusnya bisa dialokasikan untuk pelayanan banyak tercurah di pekerjaan.
Pekerjaan seolah-olah bak buah simalakama. Namun, jika ditilik lebih lama dan dalam tidaklah demikian. Kecerdasan dalam mengelola pekerjaan dan berbagai hal diluar pekerjaanlah yang menjadi sorotan agar pekerjaan tidak serta merta selalu menjadi alasan untuk tidak sungguh-sungguh dalam melayani.
Sesungguhnya, pekerjaan sekedar alasan atau benar-benar alasan sehingga tidak bisa melayani di waktu-waktu tertentu di tahun 2009?
Hanya masing-masing pribadi yang tahu dan Tuan yang paling tahu.

3. Tanggung jawab pada keluarga
Memiliki Bapak, Ibu, Kakak, Abang, Adik laki-laki dan atau perempuan, sudah beristri atau sudah bersuami, memiliki ponakan, memiliki mertua dsb adalah anugerah. Pemberian Tuan pada orang-orang tertentu dalam setiap tahap kehidupan masing-masing pribadi. Jika Tuan mempercayakan itu, apakah itu berarti Tuan memperbolehkan seseorang menjadikan anugerah sebagai alasan untuk tidak sungguh-sungguh melayani? Tentu tidak, tentu saja tidak.
Membawa keluarga pada Tuhan, menunjukkan diri sebagai seorang yang diberkati untuk memberkati keluarga, menunaikan tanggung jawab pada keluarga, tentu tugas setiap orang kepercayaan Tuan.
Lalu jika di tahun 2009, sekali dua waktu tanggung jawab pada keluarga menjadi alasan tidak melayani, sungguhkah demikian? Itukah alasannya?
Hanya masing-masing pribadi yang tahu dan Tuan yang paling tahu.

4. Uang atau Penghasilan
Ibarat talenta 1, 2 dan 5 yang diumpamakan dalam Alkitab, demikianlah juga penghasilan atau gaji. Tuan akan mempercayakan suatu penghasilan dalam satuan mata uang tertentu sesuai dengan kesanggupan masing-masing pribadi menjadikan penghasilan tersebut sebagai berkat.
Jika Tuan memandang sejumlah penghasilan dapat dipercayakan pada seseorang, demikianlah Tuan menetapkannya.
Namun, dalam kebanyakan hal ada orang yang menjadikan dirinya tidak sanggup dipercayakan sejumlah penghasilan oleh karena banyaknya keinginan di dalam hatinya baik oleh dirinya sendiri ataupun oleh orang-orang dekat yang menanamkan keinginan itu dalam hatinya.
Jika Tuan memandang seseorang dapat dipercayakan suatu penghasilan dalam jumlah tertentu mengapakah ia tidak sungguh-sungguh menyerahkan persepuluhan bagi pengerjaan pelayanan yang Tuan percayakan?
Hanya masing-masing pribadi yang tahu dan Tuan yang paling tahu.

Dari beberapa hal yang Tuan percayakan, yang terlihat dalam pemenuhan kepercayaan itu belum sungguh-sungguh, apa yang harus dipertahankan, ditingkatkan dan dilanjutkan?

Beberapa hal yang harus dipertahankan, ditingkatkan, dan dilanjutkan:
1. Pribadi sebagai seorang kepercayaan
Jika tahun 2010 ini, Tuan masih memposisikan masing-masing pengurus sebagai seorang kepercayaan, pertahankanlah, jangan sampai Tuan mengambilnya dan menyerahkan kepada orang lain. Tingkatkanlah, agar Tuan bersedia mempercayakan hal-hal yang lain lagi dan lanjutkanlah agar ketekunan masing-masing pribadi sebagai seorang kepercayaan terus melekat pada identitas diri.

2. Pemenuhan panggilan pelayanan
Setiap orang yang sudah diselamatkan Tuan, dipanggil untuk melayani Tuan. Sebanyak apapun peran kita, yang dalam setiap tahap kehidupan semakin bertambah, memenuhi panggilan untuk melayani adalah keharusan.
Pertahankan, tingkatkan dan lanjutkan, jangan sampai Tuan mengeluarkan kita dari daftar para pemain...jangan sampai kawan-kawan!

3. Komitmen, semangat, mimpi-mimpi dan harapan
Bagaimanapun keadaan pelayanan kita di tahun 2009, tidak akan pernah berulang.
Komitmen haruslah dibaharui lalu pertahankan dan tingkatkan!
Semangat yang ada haruslah dibaharui lalu dilipatgandakan!
Jangan berhenti bermimpi, jangan lupakan mimpimu terutama jangan lupakan Tuhan, Tuan kita dan teruslah berharap!

4. Setiap hal yang baik, benar dan berguna.


Keep your faith going and go a head!
Bravo!

Aku Kagum Padamu

Pertama kali melihatmu
Aku terkesima
Dipandang mata engkau begitu sempurna
Dan lebih lagi dengan pribadimu yang mempesona

Bagai matahari yang tak lelah menyinari bumi
Begitulah engkau tak lelah untuk menyapaku
“Apa kabar?”
Dua kata itu sering engkau utarakan untuk memastikan keadaanku
Membuatku terpengarah betapa engkau peduli keadaan orang lain


Gerakanmu yang lincah, ringan
Menggambarkan pribadimu yang luwes
Baik saat bekerja maupun bersantai
Engkau bersemangat saat berbicara, bercerita
Hmmm...
Suasana akan semakin hangat jika engkau ada

Ibu...
Engkau selalu berusaha memberikan yang terbaik
Walau sekali-kali engkau tidak berhasil
Namun, sekuat tenaga dan seluruh kemampuanmu
Engkau pertaruhkan
Perbaikan demi perbaikan ingin engkau wujudkan
Walaupun bukan di negerimu sendiri
Bukan untuk rakyat bangsamu sendiri

Terimakasih Ibu...
Mengenalmu membuatku semakin bersemangat
Untuk memberi yang lebih lagi dan berusaha lebih baik
Memperjuangkan kesejahteraan sosial
Bukan untuk diriku sendiri
Tetapi untuk masyarakat Indonesia
Tanpa memandang siapapun dia

Kiranya Tuhan pencipta langit dan bumi
Terus memberkatimu
Melimpahkan kasih dan rahmat-Nya padamu
Engkau menjadi seorang yang terus diberkati untuk memberkati


Ibu...
Aku Kagum Padamu
dipersembahkan kepada:
Dr. Dagmar Buck
Regional Director Southeast Asia
The Johanniter
Desember 2009

Senin, 18 Januari 2010

Kumasih di sini, tempatku berada

Panggil saja namaku Ivay, bukan nama pemberian ibuku atau ayahku atau sanak saudaraku yang lainnya. Nama itu kupilih sendiri untukku. Kupilih bukan karna aku tak suka nama pemberian orang tuaku tapi memang karna suka saja nama panggilanku berbeda dari nama asliku.

Perawakanku yang mungil memberi kesan diriku yang masih berumur remaja. Namun, nyatanya aku sudah lewat dari umur 25. Pembawaanku yang sederhana dan apa adanya membuatku sulit berdandan ala wanita dewasa. Tapi itu tak jadi soal buatku karna tidak ada ruginya bagiku.


Semilir angin malam berhembus membelai kulit wajahku. Membuatku semakin mendekap diriku dibalutan selimut. Angin yang menghampiri lewat celah dinding papan kamarku membuatku semakin ingin cepat-cepat terlelap.


Sayup-sayup terdengar lagu yang sudah lama akrab di telingaku. Syair lagu yang hanya penggalan satu kalimat itu menyentakku dari tidur.

...show me the way back to your love...

Omelan singkat dan lemah kembali meliputi hati dan pikiranku.Tak bisa kupungkiri, omelan ini tak kunjung bisa kuatasi karna aku sebenarnya tidak suka mendumel. Akhhhhh, bencinya aku...kata-kata ini menjadi langganan bibirku saat lagu itu terdengar.

Jika lagu itu tiba-tiba terdengar olehku, spontan aku teringat dengan orang yang pernah menempati hatiku. Dia sudah pergi tanpa permisi. Aku tidak menyalahkan dia, sama sekali tidak. Karna dia tidak punya kewajiban untuk permisi. Hanya hatiku saja yang tidak bisa terima situasi saat itu.

Tentu saja sulit bagi siapa saja menerima kepergian seseorang yang sangat ingin dikasihi. Saat waktu demi waktu dirangkai dengan aktivitas-aktivitas menyegarkan. Memberi nuangsa hidup yang penuh dengan harapan dan titian impian. Dan serasa alam berkumandang memberi kesaksian keindahan persahabatan, tiba-tiba dia pergi. Pergi dan mungkin tidak akan kembali.


Dalam persahabatan wajar-wajar saja ada marah, kesal, dan tidak sapaan beberapa saat oleh ego diri yang menyembur. Secepat dia menyembur, secepatnya itu juga akan mereda. Tak jadi soal.

Tapi untuk yang satu ini...akhhhh, kenapa tiba-tiba rasanya ada yang hilang dari diriku dengan kepergiannya. Sial, rasa apa ini? Kenapa begitu menyesakkan dan hampir membuatku tidak bisa bernafas? Berulang-kali aku menyalahkan diriku mengapa rasa itu kuijinkan hadir.


Persahabatan berubah menjadi cinta.

Mungkin inilah yang kurasakan, aneh memang, tapi ini kenyataan. Kenyataan ini kusadari lama setelah kepergiannya. Namun, aku tak bisa berbuat apa-apa dan lagi, aku tidak berani mengungkapkan dan bilapun keberanian sudah muncul mungkin sudah terlambat.


Kepekaanku terhadap suara-suara hati atau pikiran seseorang yang pernah dekat dengankulah yang membuatku berpikir...mungkinkah itu pikirannya dia? Kasihku dan rasa itu pernah kuekspresikan lewat tulisan-tulisan yang kupikir mungkin dia baca lewat situs jejaringan sosial. Tapi, itu semua hanya untuk sekedar menghabiskan waktu...melonggarkan kepenatan hati dan pikiran. Tidak untuk membawanya kembali.


Aku tidak ingin dia kembali, tidak lagi ingin. Pernah aku berharap dia salah mengambil keputusan, mengubahnya dan kembali kepada kondisi sebelum dia pergi. Nyatanya, dia tak melakukannya. Dia semakin jauh pergi dan semakin jauh saja.


Dan aku masih di sini,di sisi salib Tuhanku.
Aku menaruh pengharapan baru, impian baru yang jauh berbeda dengan dulu.
Aku tau tempat kumenaruh harapan dan kepercayaan, di kaki salib Tuhanku.
Kelak, Ia akan menjadikan semua harapan dan impian itu nyata seturut kehendakNya.
Setiap saat kuberharap Dia memperhitungkan segala hal yang keperjuangkan.

Ahhh, Ivay...tetaplah di sana agar segala yang kau korbankan tidak sia-sia.

Rabu, 11 November 2009

Tuhan ambillah, aku sudah merelakannya

Senang bisa berbincang-bincang denganMu. Layaknya bicara dengan teman. Engkau tidak sungkan-sungkan memberi tau apa yang perlu kutau.

Pernah kuceritakan kepadaMu tentang sesuatu yang indah dan mempesonakan. Engkau tersenyum manis dan terus mendengarku bicara.
Hmm, aku juga selalu sumringah jika bercerita padaMu.
Engkau memang teman yang sejati, tak pernah Engkau tidak mendengarku saat bercerita. Layaknya anak kecil aku berceloteh terus.

Dan perangaiku yang terus bergembira membuatMu sedikit berhati-hati dalam meresponku.
Seolah-olah ada yang ingin Engkau utarakan, tapi serasa Engkau menjaga perasaanku. Yap, karna Engkau tau bahwa aku tidak akan siap mendengar yang akan Engkau katakan.

Pelan-pelan Engkau mengatakannya, dan aku mendengar tak begitu jelas. Itu karna aku terlalu banyak bicara dan sama sekali tidak menghiraukanMu saat bicara. Lalu Engkau diam tak menyahut jika kubicara.

DiamMu membuatku asing. Why...kenapa Engkau diam saja? Aku ingin dengar pendapatMu. Apa gerangan responMu? Akhirnya, dari diamMu aku tau aku terlalu banyak bicara. Baiklah, Engkau boleh bicara dan aku akan diam mendengar sampai Engkau siap bicara.

Lalu Engkau perlihatkan aku tentang keindahan dan pandangan yang mempesonakan itu. Engkau katakan, lepaskan...itu tak baik untukmu.
Kusangkal perkataanMu dan seraya bicara panjang lebar kukatakan kalau Engkau keliru, walau tak pernah Engkau keliru, seenaknya saja kukatakan Engkau keliru:)
Aku memang bandel...sangat bandel, dan Engkau tau bagaimana mengatasi kebandelanku.

Lama-lama aku bosan bercerita karna Engkau sepertinya juga sudah bosan mendengar hal yang itu-itu saja.
Dan terang saja, saat Engkau perlihatkan lagi lebih jelas keadaannya, rasanya tak kuasa untuk mempercayainya. Akhh, kok gitu sih...janganlah begitu...aku ga mau...ucapku berulang-ulang.

Memang kalau sudah begitu tingkahku, Engkau semakin diam saja. Semakin Engkau diam semakin sembarangan tingkahku untuk menarik perhatianMu.
Dengan lembut Engkau sentuh hatiku, Engkau tambahkan ketegaran, Engkau tambahkan ketabahan, Engkau tambahkan kerelaan, Engkau tambahkan semua hal yang kuperlu untuk menerima keputusanMu.

Walau belum rela, kukatakan...ya sudahlah kuterima keputusanMu.
Entahlah, unsur kerelaan yang Engkau tambahkan mungkin masih kurang banyak sehingga kusadari aku belum benar-benar rela dengan keputusanMu.

Lelah, sedih, tepatnya kecewa dengan keadaan itu, aku berteriak padaMu. Sudah, ambil saja...sekarang juga sudah bisa Engkau ambil...lebih cepat lebih baik...aku sudah tak mau.
Dan Engkau marah, sangat marah dan Engkau tunjukkan segala sesuatu yang membuktikan kalau aku tidak layak bicara begitu.
Duhhhhhhh, aku memang keterlaluan...sangat keterlaluan. Begitupun, Engkau masih menghargaiku, menghormatiku...Engkau tidak mengambilnya sampai aku benar-benar rela.

Sekarang, aku sudah rela...ambillah, karna memang aku tidak memerlukannya sebagaimana Engkau memandangnya.

Aku cinta padaMu, Tuhanku:-)

Kamis, 24 September 2009

VISI

Visi dapat diartikan sebagai suatu pandangan jauh ke depan. Sejauh apa? Sejauh keyakinan dan harapan.
Keyakinan dan harapan jualah yang membuat visi nyata dan konkrit untuk dikerjakan.

Visi disebut-sebut sebagai penggerak, pendorong suatu pribadi maupun suatu lembaga/organisasi untuk konsisten dan kontinu melakukan berbagai hal untuk mewujudkan keyakinan dan harapannya.

Lalu bagaimana jika visi itu kabur, sulit dijawantahkan dalam tindakan-tindakan riel?
Terlebih jika realitas sulit ditembus oleh visi itu, matikah visi itu?
Beberapa orang berkeyakinan jika visi itu tidak mati tetapi mengalami pemurnian, penajaman, bertransformasi di dalam diri pribadi maupun lembaga/organisasi.

Terlalu tinggikah atau terlalu jauhkah engkau duhai visi, hingga sulit terlihat?

Selasa, 18 Agustus 2009

TEBAR PESONA DI LAPANGAN BALI FUTSAL

Sabtu, 15 Agustus 2009 babak penyisihan group lomba futsal HUT PAK FE USU ke-7 diselenggarakan. Setelah ditunda satu minggu untuk menambah tim peserta dari mahasiswa perlombaan akhirnya dimulai. Lomba ini dikhususkan untuk alumni dan mahasiswa fakultas ekonomi serta suami dari alumni wanita dengan jumlah pertim 5-10 orang. Delapan tim peserta dibagi atas dua group yakni:

1. Group “Power” terdiri dari:
Tim C: Evan, Eko, Luhut, Sonder, Rudy, Andre, Benny, dan Sephin
Tim A: Ebenezer, Mula, Fernando, Roland, Anggiat, Pirgok, Antoni, Elekta, dan Jekonya
Tim F: Januar, Manahan, Boy, Rizky, Benny, Patric, Dages, Toman
Tim G: Andreas, Rival, Erikson, Ernes, Frengky, Lewildy, Martin, Rido, dan Charly.

2. Group “Fellowship” terdiri dari:
Tim E: Angga, Willy, Bona, Harly, Ferdy, Prima, Rio, dan Cihardi
Tim D: Hendra, SBY, Daniel, Gomgom, Charly, Julkifli, Mangatur, dan Reagen
Tim H: Erik Jupri, Deny, Ricky Isai, Agus, Berdian, Erwin, Berlianer, Leo, dan Advent
Tim B: Abram, Daniel, Remario, Hendry, Andrian, Julius, Wendi, Samuel, Martin, dan Frans

Hasil Pertandingan Babak Penyisihan Putaran Pertama:
Group Power:
Tim Poin Skor

C 3 18
G 3 14
A 0 6
F 0 2

Group Fellowship:
Tim Poin Skor

B 3 13
D 3 4
H 0 3
E 0 0


Pesona apa yang ditebar di lapangan Bali Futsal dari sore sampai malam di sabtu itu? Berikut liputannya:

JADWAL LOMBA
Jadwal lomba futsal bolak-balik diganti, dari pemilihan hari sampai jam pertandingan. Yang paling sulit menyesuaikan jadwal tanding dengan jam kerja alumni apalagi jika sewaktu-waktu tugas ke luar kota. Tim A dan H tidak bisa bertanding sabtu pagi karna masih ada yang bekerja ½ hari.
Okey…kita buat sabtu sore atau minggu sore.

Jadwal di hari sabtu itu awalnya dibagi 2 sesi, pagi dan sore. Namun, akhirnya dipadatkan ke sore sampai malam. Beberapa peserta tim D minta kompensasi karna mengikuti test penerimaan karyawan BNI. Tim D yang rata-rata job seeker meminta jadwal tanding mereka diundur ke sore.
Delapan tim bermain dari sore jam 16.00wib s.d malam jam 20.15wib.

Melihat peserta yang kecapekan, panitia berinisiatif untuk meng-cancel pertandingan babak penyisihan group putaran ke-2.
Pertandingan minggu, 16 Agustus 2009 diundur ke sabtu, 22 Agustus 2009 dan jadwal sabtu, 22 Agustus 2009 dipadatkan ke minggu, 23 Agustus 2009.
Tak ingin didahului oleh orang lain mem-booking tempat, volunteer langsung menghubungi pihak Bali Futsal.
Tapi…tunggu dulu, astaga naga…bagaimana mungkin satu tim bertanding dua kali dalam satu hari?
Ampun…DJ! Jadwal diutak-atik lagi.
Akan dipadatkan di sore hingga malam, atau sore saja menggunakan dua lapangan atau pagi saja dengan dua lapangan?

Lagi-lagi masalah tim alumni yang masih bekerja di sabtu pagi dan peserta yang job seeker yang bisa saja sewaktu-waktu mengikuti test menjadi sumber kebingungan menyusun jadwal pertandingan. Ditambah lagi sabtu siang 22 Agustus 2009 tidak bisa diadakan pertandingan karna Unit Pelayanan Fakultas Ekonomi USU (mahasiswa) mengadakan pemaparan program dan diprediksi akan selesai malam.

Apakah jadwal akan diutak-atik lagi?
Dago Inang Sarge…semoga saja tidak.
Adakah hari kedelapan setelah hari pemberhentian? Kalau tidak ada ½ hari tambahan pun boleh lah…sayangnya tak ada, satu minggu hanya tujuh hari.

Panitia dan peserta mau tidak mau harus mencoba saling mengerti jika jadwal tiba-tiba berubah…ini semua demi kebersamaan kita bukan…! Dan ini benar-benar terjadi…the power of fellowship

ANGGOTA TIM
Salute buat Tim F yang telah datang sebelum pertandingan dimulai. Jam tanding Tim F dimulai jam 16.00wib. Mereka telah hadir sekitar ½ jam sebelum pertandingan dan sudah lengkap jam 16.00wib.
Bagaimana dengan lawan tandingnya, Tim G?
Sampai jam 16.00wib baru satu orang yang hadir. Berkali-kali ditelepon tidak diangkat-angkat. Lewat 15 menit baru tiga orang yang hadir. Dengan PeDenya Rival anggota tim G minta kompensasi diberikan waktu 10 menit lagi menunggu teman-temannya dengan alasan mereka terlambat karna kelompok kecil (PA).
Peserta tim inikah yang takut minta ijin pada Kakak/Abang kelompoknya untuk tidak kelompok hari sabtu itu dengan alasan ikut pertandingan futsal HUT PAK FE?
Mereka atau tidak, karna pertandingan perdana tidak tega juga mendiskualifikasi Tim G setelah terlambat ½ jam. Dan dipastikan juga Tim F tidak akan rela menang diluar lapangan, benar kan Tim F?
Trimakasih buat pengertian kalian… two thumb buat Tim F!

Bagaimana dengan anggota tim yang lain?
Anggota Tim E sudah lengkap jauh sebelum jam tayang mereka dan gerah juga kalau tidak bertanding karna Tim lawan tidak lengkap yakni Tim D. Siapa yang kurang dari Tim D? Mereka melaporkan keeper belum hadir. Siapa? SBY.
Pie toh rek…Pak SBY lagi kemana? Kok bisa telat?
Tapi karna Pak SBY yang ditunggu…rela tak rela harus rela juga menunggu hingga hadir di lapangan.

Tim lainnya?
Tim H dan A bisa dikatakan unik. Tim yang terdiri dari alumni-alumni ini saat dikonfirmasi ada pertandingan futsal dengan semangat mau ikut bertanding dengan permintaan dicarikan teman satu tim…ga sempat nyari katanya. Panitia dan volunteer saling melaporkan alumni-alumni yang mau ikut tapi perlu dicarikan teman tim. Dua tim alumni berhasil dibentuk.


Uniknya dimana?
Uniknya saat menghubungi satu persatu Tim H dan A, mulai dari mengkonfirmasi siapa saja anggota tim, jadwal pertandingan dan perubahan jika terjadi…tepatnya sih sedikit ribet. Ribet karna tidak ada kapten tim yang bisa sebagai contact person. Satu persatu ditelepon atau disms, ditanyakan apakah jam segini hari ini bisa?
OK…trimakasih kalau bisa. Jawaban yang lain, jam segitu tidak bisa kalau jam segini saja bagaimana?
Karna jam segininya panitia dan jam segitunya peserta tak matching, finally, panitia memutuskan berapa anggota tim yang hadir kita beri pilihan, bertanding atau gugur!
Tapi demi kebersamaan…the power of fellowship, lagi-lagi panitia dan volunteer harus kerja keras untuk menghadirkan pemain tim minimal 5 orang.
Apalagi saat Ricky Isai Tim H diberitahu kalau peserta timnya hanya 3 yang bisa.
Spontan dia jawab: “Bah, 3 orang…cari matilah!
Volunteer: “Bah, cari mati? Kita mau cari kebersamaan bukan mati apalagi waktunya belum tiba” (tentu ucapan volunteer ini hanya dalam hati).

Lalu volunteer memberi support…OKlah, kami cariin kawanmu!
Nelpon lagi kawan tim mereka yang belum kasih kabar, hasilnya tidak bisa main karna sedang melawat keluarga pacarnya di RS.
Diantara penonton Leo dan Advent bersedia menjadi penyelamat tim ini dari diskualifikasi jika tidak bersedia bertanding dengan 3 orang pemain.

Lalu Tim A?
Tim A yang juga hanya bisa bertanding dengan 3 orang harus dicarikan kawan. Jekonya digabung ke Tim A. Alumni stambuk 2005 ini sangat semangat bermain bahkan tak ingin hanya menikmati sekali pertandingan. Sudah ada 4 orang harusnya…tapi mengapa masih 3 orang di lapangan?
Oh…No, satu orang terlambat, bahkan ketinggalan satu babak pertandingan.
Bapak satu anak ini terlambat karna menunggu istri tercintanya pulang dari berbelanja dan menggantikannya menjaga putra sematawayang mereka.

Akhirnya, 3 orang anggota Tim D membantu Tim A agar bisa bertanding melawan Tim C yang kabarnya sudah formasi tetap dan sudah kerap mengikuti liga futsal. Bagaimana pemain Tim A yang terlambat? Pemain yang satu ini memasuki arena pertandingan beberapa menit sebelum wasit meniup peluitnya menandakan pertandingan selesai.

SUASANA PERTANDINGAN
Ada kekuatiran kalau-kalau peserta kebablasan. Kebablasan apa?
Kebablasan gerakan atau tendangan hingga menciderai lawan atau mungkin saja kawan.
Kebablasan bicara sehingga mengeluarkan kata-kata yang tak sopan atau tak pantas.

Sekali-kali gerakan dan tendangan beberapa peserta hampir menciderai peserta lainnya. Tapi hal ini tidak mendatangkan kericuhan…syukurlah, kata sorry atau maaf sambil menyalam dan atau membantu peserta yang terjatuh masih menjadi pilihan mereka saat melakukan pelanggaran.

Dipertandingan Tim A vs Tim C, Gomgom sukarelawan dari Tim D untuk Tim A mengalami cidera. Betisnya terkilir. Panitia shock…apalagi wasit refleks meminta tim medis. Panitia sempat bingung karna hanya menyediakan P3K untuk luka luar, dan tidak menyediakan tim medis untuk cidera tulang dan otot.
Untung para pemain sudah terbiasa melakukan pertolongan untuk cidera betis terkilir, sesegera Gomgom mendapat pertolongan. Menurut Gomgom betisnya tidak mengkuatirkan, dan dia memilih keluar lapangan.

Dilain pertandingan, ada peserta yang membiarkan dirinya tertelentang di lantai saat gawangnya dibobol lawan. Rasa capek dibiarkan meresap ke lantai.
Tim yang belum sempat latihan, pemanasan bahkan baru bertemu di lapangan dengan kawan timnya secara naluri digiring untuk bekerja sama dan bermain sportif. Kekurangakuratan membaca gerakan kawan dan lawan kerap membuat beberapa pemain terburu-buru untuk membobol gawang lawan.

Kalah dan menang itu hal biasa. Daripada kalah tanpa bertanding lebih baik kalah setelah bertanding semampunya. Iya kan Tim H dan A!

RULE GAME
Pada dasarnya semua peraturan permainan futsal disepakati akan diberlakukan pada perlombaan ini. Namun, beberapa hal kesepatan dikompromi…alih-alih pertandingan perdana, misalnya:
1. Sudah ada kesepakatan bagi tim yang terlambat 15 menit dari jadwal pertandingan akan didiskualifikasi, namun beruntung bagi Tim G panitia akhirnya memberi kesempatan bertanding walaupun terlambat hingga ½ jam.
2. Anggota Tim yang ditransfer dari Tim lainnya. Alih-alih berpikir, Tim yang sudah sangat semangat bermain namun kekurangan pemain karna berbagai hal hambatan menghadirkan pemainnya dilapangan, panitia memperbolehkan mentransfer pemain. Hal ini terjadi pada Tim A dan H.
3. Wasit yang seharusnya 2 orang, karna 1 wasit berhalangan maka pertandingan tetap dilaksanakan walau hanya 1 orang saja

Ketakutan panitia kalau-kalau ada protes karna tidak disiplinnya panitia pada peraturan sejauh ini tidak kedengaran. Bagi volunteer yang mengikuti pertandingan, mengetahui tim yang menerima transferan pemain kalah sedikit melegakan. Kalau sempat menang, panitia akan menuai protes deras dari tim yang kalah… dengan probabilitas 95% prediksi ini bernilai benar.

DOA
Sudah menjadi kebiasaan di pelayanan mahasiswa setiap pertandingan olahraga diawali doa dan diakhiri doa saat pertandingan usai. Pada pertandingan perdana HUT PAK FE USU ini, hal ini tidak ditemukan. Hal yang satu ini terlupakan oleh panitia dan volunteer apalagi karna molornya waktu. Panitia hanya meminta wasit untuk mengingatkan setiap tim untuk tetap menjaga sikap seseru dan secepat apapun laju pertandingan.

Diatas semua itu melebihi doa, kata-kata ucapan syukur dan permohonan, Tuhan mengijinkan pertandingan diselenggarakan dengan solid merupakan situasi yang luar biasa bagi panitia dan volunteer secara khusus.

Kekuatiran hujan turun dan tertundanya pertandingan sama sekali tidak terjadi. Langit sore mendukung jalannya pertandingan dan angin semilir ikut menyeka berbutir-butir keringat para pemain.

Walau seremonial pertandingan tidak ditemukan di pertandingan ini, kekuatan kebersamaan hadir di lapangan bali futsal…dari kita, oleh kita, dan untuk kita.
“THE POWER OF FELLOWSHIP”


Bali Futsal-Medan
Delfi Aruan melaporkan.
CHEERS

Minggu, 09 Agustus 2009

cukup

kata cukup menggambarkan kepuasan. kepuasan terhadap apapun, secara fisik ataupun bathin. titik dimana tidak mau lagi akan sesuatu itu atau yang lain sebagai pengganti.
tentu saja gambaran cukup yang kumaksud ini hanya dari satu sudut pandang saja.

dari sudut pandang yang lain kata cukup menggambarkan keadaan di bawah standar.

aku sendiri sudah puas sehingga aku berteriak...CUKUP! tidak hanya sekedar berbicara tapi benar-benar berteriak!
kepuasanku terhadap kejenuhan...
kejenuhan terhadap suara-suara sumbang, pongah, dan kamuflase

puas terhadap pemikiran-pemikiran besar, luas tapi kosong
puas terhadap ide-ide cemerlang tapi tanpa nyali
puas terhadap perdebatan yang tak penting
puas terhadap argumen-argumen yang tak berpangkal ujung

kata cukupku untuk puasku kuganti dengan kata bosanku
bosanku terhadap dia, dia, dan dia
dan entah siapa lagi dia dan dia yang lain

kebanyakan hanya besar di nafsu
manusia setengah hati setengah hasrat dan entah setengah apalagi sehingga tidak bernyawa
mungkin hanya sepenggal...sepenggal roh separuh nafas

dan lebih lagi bosanku pada diriku
bosanku berada diantara mereka
bosanku menahan diri tidak menyingkir
bosanku pada pembelajaran yang tak bisa membuat semua mendapat pelajaran
bosanku pada...entah terhadap apalagi aku bosan
dan aku sendiri sudah bosan dengan kebosananku

cukup dulu berbicara,
saatnya mendengar
cukup dulu berpikir
saatnya berbuat
cukup berputar-putar
saatnya fokus
cukup sudah mencari-cari kesalahan
karna tak satupun kita yang benar

dan aku katakan cukup sudah semua kesemuan ini, aku sudah kenyang!